Sejarah Baru di Malam Natal: BSI Resmi “Naik Kasta” Jadi BUMN, Peta Perbankan Nasional Berubah

Jakarta, 24 Desember 2025 – Tanggal 24 Desember biasanya identik dengan keriuhan liburan dan persiapan Natal. Namun, bagi sektor keuangan Indonesia, hari ini tercatat sebagai tonggak sejarah baru. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pagi tadi di Jakarta, pemerintah resmi menetapkan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Keputusan ini mengubah status BSI yang sebelumnya merupakan anak usaha dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara)—yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI—menjadi entitas BUMN yang berdiri sejajar dengan para “kakak”-nya tersebut. Dengan diserahkannya Saham Dwiwarna Seri A dari negara kepada BSI hari ini, bank bersandi saham BRIS ini resmi menjadi bank pelat merah kelima di Indonesia.
Berikut adalah ulasan mendalam mengenai transformasi BSI menjadi BUMN dan dampaknya bagi ekonomi syariah nasional di ambang tahun 2026.
1. Arti Penting “Saham Dwiwarna”
Perubahan status ini bukan sekadar ganti logo atau administrasi belaka. Masuknya Saham Dwiwarna (saham dengan hak istimewa) menandakan bahwa negara kini memiliki kendali langsung terhadap BSI, tidak lagi melalui perantara Bank Mandiri cs.
Menteri BUMN dalam konferensi pers pasca-RUPSLB menegaskan, “Ini adalah kado akhir tahun bagi ekonomi umat. BSI tidak lagi sekadar ‘anak emas’, tapi kini menjadi ‘pemain utama’. Negara hadir langsung untuk memastikan Indonesia benar-benar menjadi pusat ekonomi syariah dunia.”
Dengan status BUMN penuh, BSI memiliki fleksibilitas lebih besar dalam menentukan kebijakan strategis, akses pendanaan yang lebih luas, dan kewenangan eksekusi program pemerintah (seperti penyaluran KUR Syariah) yang lebih masif tanpa birokrasi berbelit antar-induk perusahaan.
2. Respon Pasar: Saham BRIS “To The Moon”
Kabar peresmian ini langsung direspon histeris oleh pasar modal. Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak mixed menjelang libur panjang, saham BRIS justru melesat tajam.
Pada penutupan perdagangan sesi II sore ini, saham BRIS ditutup menguat signifikan, menyentuh level tertinggi baru (All Time High) di tahun 2025. Para investor asing maupun domestik melakukan aksi beli bersih (net buy) jumbo.
Sentimen positif ini didorong oleh ekspektasi bahwa dengan menjadi BUMN, Cost of Fund (biaya dana) BSI akan semakin murah karena persepsi risiko yang dijamin langsung oleh negara, serta potensi masuknya dana-dana institusi besar (seperti Dana Haji/BPKH) yang lebih agresif ke dalam ekosistem BSI.
3. Ambisi Global: Membuka Gerbang Timur Tengah
Salah satu alasan utama pemerintah “menaikkan kasta” BSI adalah untuk mempermudah ekspansi global. Selama tahun 2025, BSI telah agresif membuka kantor perwakilan di Dubai dan sedang menjajaki lisensi penuh di Arab Saudi (Makkah dan Madinah).
Sebagai BUMN, posisi tawar (bargaining power) BSI di mata regulator keuangan internasional, khususnya di negara-negara Teluk (GCC), menjadi jauh lebih kuat. Status Sovereign Entity (entitas negara) memberikan kepercayaan lebih bagi investor Timur Tengah yang ingin memarkirkan dananya di proyek-proyek infrastruktur Indonesia melalui skema Syariah.
Ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana BSI diproyeksikan masuk dalam jajaran 10 Besar Bank Syariah Global berdasarkan kapitalisasi pasar. Keputusan hari ini adalah langkah konkret menuju visi tersebut.
4. Dampak Bagi Nasabah dan UMKM
Lantas, apa dampaknya bagi “Pak Budi” pedagang pasar atau “Bu Siti” pengusaha katering?
-
Akses KUR Syariah Lebih Besar: Sebagai BUMN, BSI akan mendapatkan kuota penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah yang jauh lebih besar di tahun 2026. Ini menjadi angin segar bagi UMKM yang selama ini menghindari kredit bank konvensional karena alasan riba.
-
Digitalisasi Layanan: Dengan suntikan modal dan fokus baru, BSI menjanjikan pembaruan infrastruktur IT besar-besaran. SuperApp BSI Mobile diprediksi akan berevolusi menjadi platform gaya hidup muslim (Muslim Lifestyle App) yang tidak hanya melayani perbankan, tapi juga ekosistem Ziswaf (Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf) dan pendaftaran Haji/Umrah yang terintegrasi.
-
Biaya Haji & Umrah: Dengan kehadiran langsung BSI di Arab Saudi nanti, diharapkan transaksi valas dan pembayaran akomodasi jamaah haji/umrah Indonesia bisa lebih efisien, yang pada akhirnya bisa menekan biaya ibadah bagi masyarakat.
5. Tantangan: Membuktikan Kualitas “Pelat Merah”
Meski disambut meriah, status BUMN membawa beban tanggung jawab yang berat. Pengamat perbankan mengingatkan bahwa BSI harus membuktikan diri mampu bekerja seprofesional bank swasta atau BUMN lain yang sudah mapan.
-
Isu Cybersecurity: Publik masih belum lupa dengan insiden serangan siber yang sempat melumpuhkan layanan BSI beberapa tahun lalu. Sebagai bank negara yang memegang data jutaan umat, keamanan siber kini menjadi isu ketahanan nasional, bukan sekadar isu korporasi.
-
Kompetisi Layanan: Menjadi BUMN berarti BSI tidak boleh lagi berlindung di balik narasi “emosional keagamaan” semata. Nasabah milenial dan Gen Z menuntut fitur yang setara dengan bank digital pesaing. Aplikasi harus cepat, UI/UX harus modern, dan layanan harus 24/7.
Kesimpulan: Raksasa Syariah Telah Bangun
24 Desember 2025 menutup tahun dengan sebuah proklamasi ekonomi: Bank Syariah bukan lagi pemain kelas dua.
Transformasi BSI menjadi BUMN adalah simbol bahwa sistem ekonomi syariah telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional, bukan lagi sekadar pelengkap. Kini, tantangan BSI adalah menjawab kepercayaan negara dan umat dengan kinerja yang gemilang, layanan yang memuaskan, dan dampak sosial yang nyata.
Bagi investor saham, ini adalah cuan lebaran (Natal). Bagi nasabah, ini adalah harapan akan layanan yang lebih baik. Dan bagi Indonesia, ini adalah langkah maju untuk menjadi kiblat keuangan syariah dunia.
Selamat datang di liga utama, BUMN BSI.

